BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Penyakit
Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual (Daili, 2007; Djuanda, 2007). Sejak tahun 1998, istilah STD
mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection), agar dapat
menjangkau penderita asimtomatik (Daili, 2009). Menurut WHO (2009), terdapat
lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan
adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes
genitalis, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B.
Dalam semua masyarakat, Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang
paling sering dari semua infeksi (Holmes, 2005; Kasper, 2005).
Infeksi Menular
Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit yang
tidak menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada
dewasa muda perempuan di negara berkembang. Dewasa dan remaja (15- 24 tahun)
merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual, tetapi memberikan
kontribusi hampir 50% dari semua kasus IMS baru yang didapat. Kasus- kasus IMS
yang terdeteksi hanya menggambarkan 50%- 80% dari semua kasus IMS yang ada di
Amerika. Ini mencerminkan keterbatasan “screening” dan rendahnya pemberitaan
akan IMS (Da Ros, 2008).
Diperkirakan
lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS yang dapat disembuhkan (sifilis,
gonore, infeksi klamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi setiap tahunnya pada
laki- laki dan perempuan usia 15- 49 tahun. Secara epidemiologi penyakit ini
tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di Asia
Selatan dan Asia Tenggara, diikuti Afrika bagian Sahara, Amerika Latin, dan
Karibean. Jutaan IMS oleh virus juga terjadi setiap tahunnya, diantaranya ialah
HIV, virus herpes, human papilloma virus, dan virus hepatitis B (WHO,
2007). Di Amerika, jumlah wanita yang menderita infeksi klamidial 3 kali lebih
tinggi dari laki- laki. Dari seluruh wanita yang menderita infeksi klamidial,
golongan umur yang memberikan kontribusi yang besar ialah umur 15-24 tahun
(CDC, 2008). Di Indonesia sendiri, telah banyak laporan mengenai prevalensi
infeksi menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi
antara tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan
klamidia yang tinggi antara 20%-35% (Jazan, 2003). Selain klamidia, sifilis
maupun gonore , infeksi HIV/AIDS saat ini juga menjadi perhatian karena
peningkatan angka kejadiannya yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Jumlah
penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah
penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah sebenarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum
diketahui secara pasti. Diperkirakan jumlah orang dengan HIV di Indonesia pada
akhir tahun 2003 mencapai 90.000 – 130.000 orang. Sampai dengan Desember 2008,
pengidap HIV positif yang terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan kumulatif
kasus AIDS sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus baru selama
tahun 2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak 3.362 kematian
(Depkes, 2009). Pada tahun 2010 kasus HIV sebanyak 21591 dan kasus AIDS
sebanyak 5744 sedangkan jumlah yang meninggal akibat HIV AIDS yaitu sebanyak
979 orang. Di Propinsi Sulawesi Selatan sendiri, dari 8.034.776 jumlah penduduk yang tercatat, ada
sedikitnya 3532 yang menderita infeksi menular seksual (DinKes, 2010).
Penyakit
menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang tersering, terutama
pada wanita. Antara 10% dan 40% dari wanita yang menderita infeksi klamidial
yang tidak tertangani akan berkembang menjadi pelvic inflammatory disease (WHO,
2008).
Dari data dan
fakta di atas, jelas bahwa infeksi menular seksual telah menjadi problem
tersendiri bagi pemerintah. Tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di
kalangan remaja dan dewasa muda, terutama wanita, merupakan bukti bahwa masih
rendahnya pengetahuan remaja akan infeksi menular seksual. Wanita dalam hal ini
sering menjadi korban dari infeksi menular seksual. Hal ini mungkin disebabkan
masih kurangnya penyuluhan- penyuluhan yang diakukan oleh pemerintah dan
badan-badan kesehatan lainnya. Tidak adanya mata pelajaran yang secara khusus
mengajarkan dan memberikan informasi bagi murid sekolah terutama siswi, juga
menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di
kalangan remaja.
- Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Penyakit Menular
Seksual (PMS) ?
2. Apa Gejala Penyakit Menular Seksual (PMS)?
3. Bagaimana Cara penularan Penyakit
Menular Seksual (PMS) ?
4. Apa Bahaya atau Akibat Penyakit
Menular Seksual (PMS) ?
5. Tipe Penyakit Menular Seksual (PMS) yang umum terjadi ?
6. Bagaimana Pencegahan Penyakit
Menular Seksual (PMS) ?
7. Bagaimana Penanganannya Penyakit
Menular Seksual (PMS) ?
8. Bagaimana peran bidan dalam
pencegahan dan penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS) ?
- Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui Definisi Penyakit
Menular Seksual
2. Untuk mengetahui Gejala PMS
3. Untuk mengetahui Bagaimana Cara
penularan PMS
4. Untuk mengetauhi Bahaya atau Akibat
PMS
5. Untuk mengetahui Tipe PMS yang umum
terjadi
6. Untuk mengetahui pencegahan PMS
7. Untuk mengetahui penanganan dari PMS
8. Untuk mengetahui cara bidan dalam
pencegahan dan penanggulan PMN
BAB II
PEMBAHASAN
- Definisi Penyakit Menular Seksual (PMS)
PMS adalah
infeksi atau penyakit yang di tularkan melalui hubungan seks (oral, anal,
vagina) atau penyakit kelamin atau infeksi yang di tularkan melalui hubungan
seks yang dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa gejala dapat muncul
dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, serta organ tubuh
lainnya, misalnya HIV/AIDS, Hepatitis B.
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh setiap orang. Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah
seseorang yang sering “jajan” alias punya kebiasaan perilaku yang tidak sehat.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin
menular adalah penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang
ditularkan dari satu orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya
penyakit tersebut tidak semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat
terjadi diberbagai tempat diluar alat kelamin.yang tergolong dari penyakkit ini
adalah : sifilis, gonore, ulkus mola, linfegranuloma venereum, granuloma
inguinale.
- Gejala Penyakit Menular Seksual (PMS)
a. Keluar
Cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada
wanita, terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih,
kekuningan, kehijauan, atau kemerah mudaan. Keputihan bisa
memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.
b. Pada pria,
rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya
disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS
tapi juga disebabkan oleh infeksi
kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
c. Luka terbuka
dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut.
Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak.
f. Pada pria,
rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar
g. Rasa sakit
diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan
menstruasi
h. Bercak darah
setelah hubungan seksual
i. Anus gatal
atau iritasi.
j. Pembengkakan
kelenjar getah bening di selangkangan.
k. Nyeri di
paha atau perut lebih rendah.
l. Pendarahan
pada vagina .
m. Nyeri atau
pembengkakan testis.
n. Pembengkakan
atau kemerahan dari vagina.
o. Nyeri seks
p. Perubahan
pada kulit di sekitar kemaluan
q. Terasa sakit
pada daerah pinggul (wanita)
r. Meski tanpa
gejala dapat menularkan penyakit bila tenang
- Cara Penularan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penularan PMS
pada umumnya adalah melalui hubungan seksual (95 %), sedangkan cara lainnya
yaitu melalui transfusi darah, jarum suntik, plasenta (dari ibu kepada anak
yang dikandungannya).
- Bahaya / akibat Penyakit Menular Seksual (PMS)
1. Menimbulkan rasa sakit
2. Infertilisasi
3. Abortus
4. Ca cerviks
5. Merusak penglihatan, hati dan otak
6. Menular pada bayi
7. Rentan terhadap HIV/AIDS
8. Tidak dapat disembuhkan
9. Kematian
- Peningkatan angka kejadian Penyakit Menular Seksual (PMS)
1. Kontrasepsi, timbul perasaan aman
tidak terjadi kehamilan
2. Seks, bebas, norma moral yang
menurun
3. Kurangnya pemahaman tentang seksualitas
dan PMS
4. Transportasi yang makin lancar,
mobilitas tinggi
5. Urbanisasi dan pengangguran
6. Kemiskinan
7. Pengetahuan
8. Pelacuran
- Tipe Penyakit Menular Seksual (PMS) yang umum terjadi
1.
Gonorhea
Penyakit ini
paling banyak di jumpai di jajaran penyakit menular seksual, namun mudah di
obati. Tetapi jika terlambat pengobatannya atau kurang tepat penanganannya
dapat menimbulkan komplikasi yang fatal, karena di jumpai 30 % - 50 % kasus
dengan strain yang resistensi terhadapa pengobatan (penicillinase Producing
Neisseria Gonorhoe / PPNG) dan sering infeksi terjadi bersamaan dengan
mikroorganisme lain seperti chlamidia. Gonorea juga bisa menyerang wanita hamil
dan dalam kehamilan biassanya di jumpai dalam bentuk menahun.
Gambar
1.1
a. Penyebab
1) Infeksi gonore disebabkan oleh
bakteri Nisseria Gonococcus
2) Sifat bakteri
Bakteri mati dalam 1-2 jam
pengeringan, bakteri mati dengan uap 550C selama 5 menit, bakteri
mati dengan AgNO3 selama 2 menit
b. Patofisiologis
1) Laki-laki : Uretritis, prostatitis,
epididimitis, orchitis, vesikulitis
2) Wanita : bartholinitis, cystitis, salfingiti
c. Gejala
1) Masa inkubasi 2-5 hari
2) Gejala pada pria meliputi :
·
Rasa
gatal dan panas di ujung kemaluan
·
Rasa
sakit saat kencing dan banyak kencing
·
Keluar
nanah pada ujung kemaluan kadang bercampur darah
·
Ujung
kemaluan merah, membengkak dan menonjol
·
Nyeri
waktu ereksi
·
Komplikasi
: prostatitis dapat berlanjut ke epididmitis, orchitis kemudian vesikulitis
3) Gejala pada wanita
·
Gejala
tersembunyi (carrier) karena yang terkena pertama kali adalah mulut rahim, rasa
sakit kurang, genetalia luar tenang
·
Mengeluarkan
keputihan seperti nanah
·
Nyeri
pada daerah punggung
·
Komplikasi
: bartholinitis, dapat berlanjut ke cystitis kemudian salfingitis.
d. Therapi
1) Pada individu dan ibu hamil diberikan salah
satu antibiotika di bawah ini :
·
Ampisilin
2 gram IV dosis awal lanjutkan dengan 3x1 gram oral selama 7 hari.
·
Ampisilin
+ sulbaktam 2,25 gram oral dosis tunggal
·
Spektinomisin
2 gram IM dosis tungga
·
Sefriakson
500 mg IM dosis tunggal
2) Pada masa nifas, diberikan salah
satu di bawah ini :
·
Siprofloksasin
1 gram oral dosis tunggal
·
Trimethoprim
+ sulfamethoksazol (160 = 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal.
3) Konjungtivitis pada bayi di obati
dengan garamisin tetes mata 3x2 tetes dan di berikan salah satu antibiotika di
bawah ini
·
Ampisilin
50 mg/kg BB IM selama 7 hari
·
Amoksisilin
= asam kalvulanat 50 mg/kg BB IM selama 7 hari
·
Sefriakson
50 mg/kg BB IM dosis tunggal
4) Lakukan konseling tentang penggunaan metode
barier dalam melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan resiko PMS
terhadap ibu dan bayi (bila hamil)
5) Berikan pengobatan yang sama
pada pasangannya
6) Buat jadwal kunjungan ulang dan
pastikan pesien akan menyelesaikan pengobatan sampai tuntas.
2.
Clamidia
Penyakit ini
keerabannya sangat tinggi. Penjalaran penyakit sama dengan gonorea yaitu di
mulai dari serviks ataupun uretra ke atas. Dan juga menyebabkan infertilitas
serta meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Selain itu pada bayi yang
lahir pervaginam dapat terinfeksi penyakit yang sama dan dapat mengalami
konjungtivitis.
Gambar
1.2
a. Penyebab
1) Infeksi ini disebabkan oleh
chlamydia Tranchomatis
2) Sifat bakteri
Infektivitas hilang pada suhu 600C
selama 10 menit, pada suhu -500C sampai -700C
infektivitas bertahan bertahun-tahun, infektivitas hilang oleh eter selama 30
menit atau fenol 0,5% selama 24 jam.
b. Patofisiologis
1) Sama dengan gonorea yaitu mulai dari
serviks ataupun uretra keatas yang menyebabkan bartholinitis, uretitis,
endometritis, salfingitis yang dapat mengakibatkan infertilitas.
2) Pada kehamilan resiko meningkat
karena dapat abortus, kematian janin, persalinan prematur, ketuban pecah dini,
dan endometritis post abortum maupun post partum.
3) Pada bayi yang lahir pervaginam
dapat mengalami konjungtivitis inklusi dalam 2 minggu pertama kehidupannya.
Pneumonia dapat terjadi pada usia 3-4 bulan. Selain itu dapat terjadi otitis
media, obstruksi nasal dan bronkhiolitis
c. Gejala
1) Masa inkubasi 1 – 4 minggu
2) Lesi primer sama dengan papula,
vesikua didaerah genital kemudian pecah menjadi ulkus dan sembuh sendiri,
keluar keputihan encer berwarna putih kekuningan. Rasa terbakar saat buang air
kecil.
3) Lesi sekunder (1 minggu – 2 bulan)
sama dengan limfadenitis dengan bengkak, merah, sakit dan supuratif.
4) Pada kasus kronis terjadi
elefanfiasi genital oleh karena obstruksi saluran limfe
d. Komplikasi
1) Penyakit radang panggul kemungkinan kemandulan
2) Kehamilan di luar kandungan
3) Rasa sakit kronis di rongga panggul
4) Infeksi mata berat
5) Infeksi pneumonia pada bayi baru
lahir
6) Memudahkan penularan HIV
e. Therapy
Di berikan antibiotika sulfonomida,
tetrasiklin.
3.
Herpes
Genetalis
Infeksi herpes
virus harmonis pada orang dewasa ringan. Walaupun demikian penyakit ini dapat
menyebabkan kematian janin dan bayi. Herpes genetalis merupakan virus yang
senantiasa bersifat kronik, rekuren dan dapat dikatakan sulit di obati.
a. Penyebab
Virus Herpes
Simplek tipe II merupakan penyebab herpes genetalis dengan gelembung-gelembung
berisi cairan di vulva, vagina, dan serviks, yang di kenal dengan nama herpes
simpleks. Di negara dengan prevalensi AIDS tinggi, herpes genetalis dihubungkan
dengan kemungkinan HIV(+).
Gambar
1.3
b. Gejala
1) Masa inkubasi 3 – 5 hari
2) Infeksi primer sekitar 3 minggu
3) Lesi vasikulo ulseratif penis pada
laki-laki dan serviks, vagina, vulva atau perineum pada wanita
4) Rasa sangat nyeri
5) Demam, disuria dan malaise
6) Limfe denopati inguinal
7) Gejala kambuh lagi tetapi tidak
seperti senyeri pada tahap awal, biasanya hilang timbul dan menetap seumur
hidup
c. Komplikasi
1) Rasa nyeri berasal dari syaraf
2) Penularan pada bayi dapat terjadi
karena hematogen melalui plasenta, penjalaran keatas dari vagina ke janin
apabila ketuban pecah, melalui kontak langsung pada waktu bayi lahir.
3) Pada kehamilan dapat mengakibatkan
keguguran dan kematian pada bayi.
d. Therapy
1) Diberikan anti virus yaitu Acyclovir
2) Bedrest, Neurotropik dan suport
stamin
3) Persalinan dengan seksio cesarea jika terdapat
perlukaan
4.
Sifilis
Penyakit ini
kini agak jarang ditemukan apalagi setelah diperkenalkannya antibiotika
penisilin. Penyakit ini menyerang semua organ tubuh. Dalam banyak kasus tidak
diketahui bahwa seorang menderita sifilis karena kemungkinan asimptomatik cukup
besar. Sifilis dapat di klasifikasikan menjadi 3 yaitu sifilis primer (stadium
I), sifilis sekunder (standium II) sifilis laten (stadium III). Penyakit
sifilis yang terberat adalah sifilis kongenital.
Gambar
1.4
a. Penyebab
Infeksi sifilis
ini di sebabkan oleh bakteri treponema pallida dengan sifat bakteri yaitu sukar
untuk di biakan, bakteri mati pada suhu 390C selama 5 jam, bakteri
mati pada suhu 41,50C selama 1 jam, bakteri mati pada suhu 400C
selama 1 – 3 hari.
b. Patofisiologi
Dapat menyerang
semua organ tubuh sehingga cairan tubuh mengandung treponema pallida. Stadium
lanjut menyerang sistem kardiovaskuler, otak dan susunan syaraf, serta dapat
menjadi sifilis kongenital. Penjalaran menuju janin dalam kandungan dapat
menimbulkan cacat bawaan dan infeksi dini pada saat persalinan.
c. Gejala
1) Stadium laten
·
Dapat
terjadi 3 – 10 tahun setelah guma
·
Menyerang
kardiovaskuler, otak, susunan syaraf dan organ lain
2) Sifilis congenital
·
Pemfigus
sifilitikus, deskuaminasi pada telapak kaki dan tangan serta rhagade di kanan
kiri mulut.
·
Pada
persalinan tampak janin ataupu plasenta yang hidropik
d. Komplikas
1) Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan
jantung
2) Kehamilan dapat menimbulkan kelainan
pada plasenta lebih besar, pucat, keabu-abuan dan licin
3) Kehamilan <16 minggu dapat
mengakibatkan kematian janin
4) Kehamilan lanjut dapat menyebabkan
kehalahiran bayi prematur dan menimbulkan cacat.
e. Therapy
1) Di berikan salah satu antibiotika di
bawah ini :
·
Benzatin
penisilin 4,8 juta unit IM setiap minggu hingga 4x pemberian
·
Doksisilin
hingga 600 mg oral dosis awal di lanjutkan 2x 100 mg oral hingga 20 hari
·
Sefriakson
500 mg IM selama 10 hari.
2) Pada bayi harus benar-benar
menderita sifilis dengan pemeriksaan cairan serebro spinalis dan uji serologi –
benar di berikan salah satu antibiotika di bawah ini :
·
Banzatin
penisilin 300 ribu unit / kg BB / mg sampai 4x pemberian
·
Sefriakson
50 mg/kg BB dosis tunggal / hari 10 hari
3) Pastikan pengobatan lengkap dan
terjadwal
4) Pantau lesi kronik / gejala lain
yang menyertai
5.
Hepatitis
B
Penularan
infeksi Hepatitis B di Amerika Serikat ternyata paling sering terjadi akibat
hubungan seksual. Hepatitis B ini sering di jumpai pada remaja dan orang dewasa
serta pada wanita hamil. Terutama dalam trimester III biasanya lebih parah, dan
menyebabkan nekrosis hati yang laus dengan angka kematian maternal dan fetal
yang tinggi. Janin yang di kandung dapat tertular penyakit yang sama.
Gambar
1.5
a. Penyebab
1) Di sebabkan oleh virus hepatitis B
2) Yang penularannya melalui darah dan
produk darah yaitu bisa bisa melalui luka, kontak seksual, operasi, medikasi,
infus dan injeksi serta vertika dan ibu kepada bayinya.
b. Patofisiologi
1) Gejala akut sering karier, ditandai
dengan anoreksia, rasa mual, febris, nyeri, tekan pada perut kanan atas.
2) Tidak di waspadai dapat berlanjut
menjadi kronik
3) Pada kehamilan gejala sering di
tafsirkan sebagai hiperemesis gravidarum
4) Diagnosa dapat di tegakan
berdasarkan pemeriksaan serologic
5) Dapat menjadi kanker hati dan
menginfeksi janin pada wanita hamil.
c. Gejala
1) Masa inkubasi 60-90 hari
2) Gejala akut meliputi demam, nyeri
tekan perut kanan atas, mual, muntah, anoreksia, dan malaise serta ikterik
3) Gejala kronis meliputi hepatitis
persisten kronik, sirosis hepatitis, hepatoma.
d. Therapy
1) Bed rest
2) Perbaikan KU
3) Makan makanan yang mengandung
protein dan kalori tinggi
4) Pada orang yang positif terkena
Hepatitis B di berikan imunisasi HBIG (Hepatitis B Immune Glugulin) dengan
dosis 0,06 ml/kg BB IM dosis tunggal selama jangka waktu 14 hari setelah
terpapar dan di lanjutkan dengan serial vaksin HB
5) Pada bayi di berikan HBIG 0,05 ml IM
dosis tunggal dalam 12 jam setelah
lahir. Vaksinasi HB di berikan IM di mulai dalam waktu 7 hari setelah lahir,
pada usia 1 bulan dan 6 bulan.
6.
HIV/AIDS
AIDS adalah
singkatan dari Acquired Immuno Deficincy Syndrome. AIDS merupakan suatu
penyakit relatif baru yang di tandai dengan adanya kelainan yang kompleks dari
sistem pertahanan seluler tubuh dan menyebabkan korban menjadi sangat peka
terhadap mikroorganisme oportunistik.
Gambar
1.6
a. Penyebab
HIV (Human
Immonu Virus) yaitu organisme patogen yang terdapat dalam cairan tubuh (darah,
air, mani, dan cairan vagian) orang yang telah terinfeksi.
b. Penularan
1) Kontak seksual (homo/hetero seksual)
dengan seseorang pengidap per oral, per rectal, per vagina.
2) Kontak langsung dengan darah, produk
darah dan jarum suntik, transfusi darah yang mengandung virus HIV, melalui alat
suntik / alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas orang yang mengidap
HIV, melalui transmisi dari ibu hamil yang mengidap virus AIDS kepada janin
yang di kandungnya melalui plasenta, perlukaan dalam proses persalinan /
melalui ASI.
c. Gejala
1) Fase 1 (window period)
·
Belum
ada gejala sama sekali
·
Belum
bisa terdeteksi melalui tes
·
Sudah
dapat menularka HIV
2) Fase II
·
Terjadi
2 atau 5-10 tahun setekah terinveksi HIV
·
Demam
·
Pembengkakan
kelenjar getah bening
·
Tes
darah sudah positiv HIV
3) Fase III (muncul gejala-gejala)
·
Flu
tidak sembuh – sembuh
·
Nafsu
makan berkurang dan lemah
4) Fase IV
·
Infeksi
kulit atau selaput lendir
·
Infeksi
paru-paru (TB paru)
·
Infeksi
usus yang menyebabkan diare parah selama berminggu-minggu
·
Infeksi
otak yang menyebabkan kekacauan mental, kelumpuhan
·
Kanker
kulit (khas pada penderita AIDS)
d. Pencegahan
1) Abstinence (tidak berhubungan seks)
2) Be faithful (setia pada pasangan)
3) Condom (gunakan kondom saat
berhubungan seks berisiko)
4) Drug (jangan pakai narkoba)
5) Equipment (hati-hati! Pakai alat
steril)
6) Cara memberikan dukungan
·
Dukungan
social
-
Saling
bertukar perasaan
-
Mendengar perasaan
-
Mendengar
keinginannya
-
Memberi
semangat
·
Dukungan
fisik
-
Menuruti
selera makan
-
Memberikan
waktu istirahat
-
Memberikan
dengan selalu mengingatkan waktu, tanggal dan tempat berada
-
Memberi
keyakinan keamaman
7.
Trikomoniasis
Digolongkan PMS
karena sebagian besar menular melalui hubungan seksual oleh karena itu infeksi
dalam lingkup keluarga perlu mendapatkan pengobatan bersama. Penyakit ini juga
menginfeksi bayi yang lahir.
Gambar
1.7
a. Penyebab
Trikomoniasis
adalah infeksi alat genitalia wanita / pria yang di sebabkan oleh Trichomonas
Vaginalis. Penulusurannya juga bisa melalui alat-alat toilet seperti toilet
seat, handuk, dll.
b. Patofisiologi
1) Wanita
Vagina
mengeluarkan cairan keputihan bercampur nanah dan berbau khas, dinding vagina
merah dan bengkak. Cairang yang keluar menimbulkan iritasi pada bengkak cairan
yang keluar menimbulkan iritasi pada lipat paha samapai liang dubur. Infeksi
apat terjadi dalam bentuk uretriris, skonitis, dan bartholinitis.
2) Pria
Terjadi pada
infeksi saluran kemih, infeksi kelenjar prostat dan saluran spermatozoa.
Infeksi menahun sulit di tegakan karena gejala ringan.
c. Gejala
1) Masa inkubasi 4 hari
2) Sekret vagina berbusa, serupurulen
dengan warna kekuningan dan kuning kehijauan serta berbau khas
3) Rasa nyeri dan gatal
4) Dinding vagina meradang dengan
infiltrasi
5) Pada pria gejala tersembunyi
d. Komplikasi
Kulit bibir
kemaluan lecet, dapat menyebabkan bayi prematur, memudahkan penularan HIV
e. Teraphy
1) Pengobatan menggunakan metronidazol
per oral untuk suami dan istri
2) Pada wanita juga di berikan obat
pervaginam
3) Pada kehamilan diberikan pada usia
trimester II/III dengan dosis tunggal sebanyak 2 gram.
8.
Condiloma akuminata
Condiloma
akuminata adalah pertumbuhan kulit dan selaput lendir seperti bunga kol atau
jengger ayam jago dengan permukaan kasar. Papiler menonjol dengan warna agak
gelap berkumpul menjadi satu.
Gambar
1.8
a. Penyebab
Human Papiloma Virus tipe 6 dan 11
b. Cara penularan
1) Kontak seksual
2) Kontak langsung dengan kulitnya
3) Benda – benda kontaminan seperti ;
handuk, celana dalam, dll.
c. Patofisiologo
1) Timbulnya kutil-kutil kecil pada
bibir kemaluan yang muncul dalam waktu kurang lebih 2 bulan setelah virus masuk
ke tubuh.
2) Kutil-kutil tersebut dapat membesar
kemudian dapat bersatu menyerupai kembang kol atau jengger ayam jago sehingga
menutupi vagina dan anus.
d. Tanda dan gejala
1) Masa inkubasi sekitar 2 bulan
2) Terdapat papil kecil dan multipel
pada sekitar kemaluan
3) Permukaan kasar
4) Berkembang menjadi besar sehingga
dapat bersatu dan dapat menutupi vagina serta anus yang berakibat mengganggu
proses kehamilan.
e. Komplikasi
1) Condyloma acuminata yang sudah besar
dapat menetupi jalan lahir, sehingga dengan seksio cesarea sebagai uasaha untuk
mencegaha penularan Human Papiloma Virus pada bayi yang dilahirkan, selain itu
jika tidak dengan tindakan SC dikhawatirkan dpat menimbulkan kanker mulut
rahim.
2) Condyloma acuminata yang sudah parah
dapat menimbulkan kanker mulut rahim.
f. Therapy
1) Lesi kecil dengan kauterisaasi,
larutan podofilin, alkohol atau TCAA (Trichloro Acetet Acid)
2) Lesi besar dengan pembedahan,
penyinaran laser, kauterisasi.
9.
Ulkus
mole / cuncroid
Ulkus mole
adalah infeksi menular seksual yang di tandai dengan ulkus pada daerah
genetalia di sertai dengan pembengkakan kelenjar limfe inguinal.
Gambar
1.9
a. Penyebab
Ulkus mole ini
di sebabkan oleh bakteri heamophilus ducrey dengan sifat bakteri sebagai
berikut bakteri mati pada suhu 500C selama 1 jam, bateri mati dengan
antiseptik.
b. Patofisiologi
1) Setelah bakteri masuk kedalam tubuh
sekitar 7 hari muncul pustuls ysng kemudian pecah dan meninggalkan ulkus yang
dalam.
2) Luka infeksi mengakibatkan kematian
jaringan di sekitarnya.
c. Gejala
1) Masa inkubasi 4-10 hari
2) Pustulah pecah menjadi ulkus
3) Rasa nyeri yang hebat
4) Ulkus bersifat multipel, dala,
dinding menggaung, tepi tidak rata, meradang, dasar ulkus kemerahan muda,
berada dan terdapat pus.
5) Pembesaran kelenjar limfe regional
d. Komplikasi
1) Jika ulkus membesar dapat menjadi
Gian Chancroid
2) Pembesaran kelenjar limfe
3) Luka infeksi mengakibatkan kematian
jaringan di sekitarnya
e. Therapy
1) Berikan salah satu antibiotik
dibawah ini:
·
Eritromisin
4x500 mg oral selama 7 hari
·
Trimethoprim
+ sulfamethoksazol 2x (160+800) mg oral selama 7 hari
·
Seftriakson
500 mh IM dosis tunggal
2) Pengobatan harus tuntas
3) Lakukan kunjungan terjadwal untuk
pemantauan dan asuhan antenatal.
10. Candidiasiasi vaginalis
Kandidiasis
vaginalis adalah inveksi yang di sebabakan oleh jamur, yang terjadi di sekitar
vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imunnya lemah.
Gambar
1.10
a. Penyebab
Kandidiasis
vaginalis disebabkan oleh jamur kandida albicans, selain di vagina dapat
menyerang organ organ lain yaitu kulit, mukosa oral, bronkus, paru-paru, usus,
dll.
b. Patofisiologi
1) Keputihan denganrasa gatal yang
hebat
2) Jika tidak di obati dapat menjalar
ke uretra yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih
3) Juga bisa menjalar ke vagina
proksimal (atas)
c. Gejala
1) Mengenai mukosa vulva (labil minora)
dan vagina
2) Bercak putih kekuningan, heperemia,
leukore, seperti susu pecah, dan gatal hebat.
3) Dapat mengakibatkan infeksi saluran
kemih.
d. Therapy
1) Pemberian nistatin atau ketokonazole
2x200 mg selama 5 hari
2) Tablet vaginal atau klotrimazole 500
mg dosis tunggal
3) Salep mikonazol 2 %
4) Lakukan konseling
5) Buat jadwal kunjungan ulang
- Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)
1. Apabila belum menikah maka tidak
melakukan hubungan seksual
2. Apabila sudah menikah maka saling
setia dengan pasangan
3. Hindari hubungan seksual yang tidak aman atau
berisiko
4. Menggunakan kondom untuk mencegah
penularan
5. Menjaga kebersihan alat genetalia
- Penanganan bagi yang terkena Penyakit Menular Seksual (PMS)
1. Segera periksa ke dokter atau
petugas kesehatan
2. Jangan malu menyampaikan keluhan
kepada dokter atau tenaga kesehatan
3. Memenuhi aturan pengobatan sesuai
petunjuk dokter atau petugas kesehatan
4. Jangan melakukan hubungan seksual
kecuali menggunakan kondom
5. Pasangan sex sebaiknya memeriksakan
diri
6. Beritahu tentang akiba PMS yang
berbahaya bagi kesehatan diri
- Peran bidan dalam pencegahan dan penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS)
1. Bidan sebagai role model memberikan
contoh sikap yang baik pada masyarakat.
2. Memberikan konseling pada masyarakat
terutama remaja dan psangan suami istri tentang kesehatan reproduksi.
3. Memberikan konseling pada masyarakat
tentang penyebab dan akibat PMS
4. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat
dan tokoh agama dalam pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat.
5. Mewaspadai gejala-gejala dan
mendeteksi dini adanya PMS.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan dari satu orang ke
orang lain saat berhubungan badan. Semua orang, pria, wanita (bahkan bahkan
anak-anak) bisa tertular penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi
adalah: gonore, sifilis, herpes, HIV/Aids , Trikomoiasis.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin
menular adalah penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang
ditularkan dari satu orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya
penyakit tersebut tidak semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat
terjadi diberbagai tempat diluar alat kelamin.yang tergolong dari penyakkit ini
adalah : sifilis, gonore, ulkus mola, linfegranuloma venereum, granuloma
inguinale.
B.
Saran
Setelah mengetahui beberapa pengertian penyakit menular seksual diatas,
saya sebagai penulus mengharapkan agar para pembaca lebih berhati-hati terhadap
penyakit ini, dan dapat mengetahui dengan jelas beberapa faktor penyebab, cara
mengatasi dan cara penularanya penyakit menular sseksual. Oleh karena itu,saya
sebagai penulis meminta kritik dan saranya untuk menyempurnakan makalah yang
saya buat.
DAFTAR
PUSTAKA
Ambarwati
Eni. Dkk, 2009. Asuhan Kebidanan
Komunitas. Nuha Medika : Yogjakarta
Djuanda
Adhi, dkk, 2007. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. FKUI : Jakarta
Adobe
Reader – [HIV-AIDSbooklet_part3.pdf]
Adobe
Reader – [SSH-6135-IND.pdf]. chlamydia
dan gonoroe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar